TAFSIR SURAT YASIN 1-6
SUMPAH ALLAH SWT BAHWA NABI
MUHAMMAD SAW BENAR-BENAR SEORANG RASUL
Disampaikan Oleh : M.Ihsan Azhari,S.Pd.I
SUMPAH ALLAH SWT BAHWA NABI
MUHAMMAD SAW BENAR-BENAR SEORANG RASUL
Disampaikan Oleh : M.Ihsan Azhari,S.Pd.I
يس (1) وَالْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4) تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5) لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6
“Yaasiin.Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu (Muhammad) adalah sungguh-sungguh salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai”
ASBABUN NUZUL
Asbabun Nuzul ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10) Menurut Kitab Lubabun Nuqul Fii Asbabin Nuzul karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi :
لباب النزول - (ج 1 / ص 166)
“Diriwayatkan oleh Abu Na’im di dalam Kitab Ad-Dalail yang bersumber dari Ibnu Abbas ra : “Bahwa ketika Rasulullah saw membaca Surat As-Sajdah dengan nyaring, orang-orang Qurays merasa terganggu, dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasulullah tetapi tiba-tiba tangan mereka terbelenggu di pundak-pundaknya dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka sangat mengharapkan pertolongan Nabi saw dan berkata : “Kami sangat mengharapkan bantuanmu atas nama Allah dan atas nama keluarga”. Kemudian Rasulullah saw berdo’a dan mereka pun sembuh, akan tetapi tak seorang pun diantara mereka yang beriman. Sehubungan dengan kejadian ini, maka turunlah ayat-ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10).Tetapi tidak ada yang beriman diantara orang-orang tersebut”
MAKNA AYAT
يس (1)
Ada Ikhtilaful Ulama tentang arti lafal dalam ayat pertama, perhatikan beberapa pernyataan para mufasir dibawah :
وَالْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4) تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5)
Makna Al-Qur’an al Hakim :
Perlu dipahami bahwa menurut sebagian Ulama, bila sesuatu dijadikan sebagai media sumpah, menunjukkan bahwa sesuatu itu amat penting. Sehingga jika Al-Qur’an menjadi media sumpah-Nya Allah, dapat dipastikan bahwa ia teramat istimewa. Sumpah Allah dengan Al-Qur’an ini adalah untuk menegaskan kebenaran kerasulan Muhammad saw. Sehingga jika seseorang terkagum-kagum dengan I’jazul Qur’an yang mengatasi semua karya manusia, baik dari segi keindahan susunan bahasanya, isi dan kandungannya yang benar dan lain sebagainya. Menurut Al Qurthubi makna ayat yang kedua sejalan dengan ayat 1 surat Hud
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1)
“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu” (QS. 11 Hud : 1)
Lebih lengkapnya perhatikan pernyatan para mufasiir berikut:
Pertanyaan selanjutnya adalah siapakah manusia mulia yang membawanya tersebut dan dari mana datangnya ? Maka pada ayat ke-3, Allah menegaskan bahwa Muhammad bin Abdullah itulah yang membawanya, karena ia benar-benar seorang Rasul utusan Allah. Sedangkan pertanyaan berikutnya tentang darimana datangnya Al-Qur’an tersebut, dijawab oleh Allah dalam ayat ke-5. Perhatikan tafsir-tafsir berikut :
Menurut Ibnu Katsir senada dengan ayat :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. 42 Asy-Syura : 52)
Menurut Hamka, dalam ayat ke-4 yang pendek ini, Allah SWT menjelaskan Khitthah (Garis perjuangan) Nabi Muhammad saw dalam perjuangan da’wahnya adalah “Membawa manusia berjalan dalam hidup ini di atas garis yang lurus”. Sesuai dengan apa dinyatakan oleh ibnu Katsir.
Lebih jelas lagi dalam HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’I, dari An-Nawas bin Sam’an ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Allah mengadakan contoh perumpamaan “Shirathol Mustaqim (suatu jalan yang lurus), sedang di kanan kiri jalan ada dinding (pagar tembok) dan dipagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan dimuka jalan ada suara berseru, “Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan janganlah berbelok. Dan diatas jalanan ada seruan. Maka bila ada orang yang akan membuka pintu diperingatkan, “Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anada membuka pasti akan masuk”. Shirat itu ialah Islam, dan pagar itu adalah Hududullah (Batas-batas Hukum Allah). Dan pintu yang terbuka ialah apa-apa yang diharamkan Allah. Sedang seruan dimuka jalan itu adalah Kitab Allah, dan seruan diatas shirath ialah nasehat dalam hati setiap muslim”.
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i
Ayat ke-6 yang berbunyi :
Merupakan ayat yang memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk berda’wah dengan menjadi Nadzir (pemberi peringatan). Seorang Nabi dan da’I pada umumnya diperintahkan untuk menjadi Basyiran (pemberi kabar gembira) dan Nadziiran (pemberi peringatan). Dan berda’wah dengan menjadi Nadzir adalah lebih berat karena pasti akan melawan arus pemikiran, kepercayaan dan perilaku serta budaya masyarakat yang jahiliyyah, sesat dan menyimpang.
Senada dengan ayat ini, Allah berfirman :
Sementara arti kata “Qowman” (Kaum) dalam ayat diatas, ada ikhtilaf diantara para Ulama, yakni :
Menurut Qatadah dan Syeikh Hamami Zadah dalam Tafsir Surat Yasin, adalah : “Kaum Qurays”. Karena sejak zaman Nabi Ismail as. sampai masa kenabian Muhammad saw, belum ada seorang Nabi dan Rasul pun yang memberi peringatan kepada mereka (Kaum Quraisy), sehingga mereka lalai.
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, adalah : Bangsa Arab dan Kaum-kaum lain yang belum pernah bapak-bapak mereka didatangi seorang Rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa masa
antara berakhirnya Kenabian Isa as hingga kedatangan Nabi Muhammad saw, tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah kepada Kaum manapun. Sehingga masa ini dikenal sebagai Zaman Fatrah .
Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsirnya, sebagian besar Ulama Tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud kaum disini adalah : Bangsa Arab.
Menurut Al-Qurthubi, ayat yang semakna dengan ayat ini adalah :
“Yaasiin.Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu (Muhammad) adalah sungguh-sungguh salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai”
ASBABUN NUZUL
Asbabun Nuzul ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10) Menurut Kitab Lubabun Nuqul Fii Asbabin Nuzul karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi :
لباب النزول - (ج 1 / ص 166)
أخرج أبو نعيم في الدلائل عن ابن عباس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في السجدة فيجهر بالقراءة حتى تأذى به ناس من قريش حتى قاموا ليأخذوه وإذا أيديهم مجموعة إلى أعناقهم وإذا بهم عمي لا يبصرون فجاءوا إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالوا ننشدك الله والرحم يا محمد فدعا حتى ذهب ذلك عنهم فنزلت يس والقرآن الحكيم إلى قوله أم لم تنذرهم لا يؤمنون [ 1 - 10 ] قال فلم يؤمن من ذلك النفر أحد.
“Diriwayatkan oleh Abu Na’im di dalam Kitab Ad-Dalail yang bersumber dari Ibnu Abbas ra : “Bahwa ketika Rasulullah saw membaca Surat As-Sajdah dengan nyaring, orang-orang Qurays merasa terganggu, dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasulullah tetapi tiba-tiba tangan mereka terbelenggu di pundak-pundaknya dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka sangat mengharapkan pertolongan Nabi saw dan berkata : “Kami sangat mengharapkan bantuanmu atas nama Allah dan atas nama keluarga”. Kemudian Rasulullah saw berdo’a dan mereka pun sembuh, akan tetapi tak seorang pun diantara mereka yang beriman. Sehubungan dengan kejadian ini, maka turunlah ayat-ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10).Tetapi tidak ada yang beriman diantara orang-orang tersebut”
MAKNA AYAT
يس (1)
Ada Ikhtilaful Ulama tentang arti lafal dalam ayat pertama, perhatikan beberapa pernyataan para mufasir dibawah :
{ يس } يقول يا إنسان بلغة السريانية. تنوير المقباس - (ج 1 / ص 459)
{ يس } الله أعلم بمراده به . تفسير الجلالين - (ج 8 / ص 205)
ابن الجوزي، زاد المسير - (ج 5 / ص 186)
{ يس } الله أعلم بمراده به . تفسير الجلالين - (ج 8 / ص 205)
ابن الجوزي، زاد المسير - (ج 5 / ص 186)
وفي قوله : ( يس ) خمسة أقوال . أحدها : أن معناها : يا إنسان ، بالحبشية ، رواه عكرمة عن ابن عباس ، وبه قال الحسن ، وسعيد بن جبير ، وعكرمة ، ومقاتل . والثاني : أنها قَسَم أقسم اللهُ به ، وهو من أسمائه ، رواه عليّ بن أبي طلحة عن ابن عباس . والثالث : أن معناها : يا محمد ، قاله ابن الحنفية ، والضحاك . والرابع : أن معناها : يا. رجُل ، قاله الحسن . والخامس : اسم من أسماء القرآن ، نزع بهذه الآية { سلام على آل ياسين } الصافات : 130 ] قاله قتادة .
النكت والعيون - (ج 3 / ص 435). الماوردي - ِ أبو الحسن
وروى علي رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إنَّ اللَّهَ تَعَالَى سَمَّانِي في القُرآنِ بِسَبْعَةِ أَسْمَاءَ : مُحَمَّدٍ وَأَحْمَدَ وَطه وَيس وَالمُزَّمِّلِ وَالْمُدَّثِّرِ وَعَبدَ اللَّه
ِ أبو الحسن الماوردي - النكت والعيون - (ج 3 / ص 435).العلماء: افتتح الله هذه السورة بالياء والسين وفيهما مجمع الخير: ودل المفتتح على أنه قلب، والقلب أمير على الجسد، وكذلك " يس " أمير على سائر السور، مشتمل على جميع القرآن. تفسير القرطبي - (ج 15 / ص 4)
وَالْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4) تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5)
Makna Al-Qur’an al Hakim :
Perlu dipahami bahwa menurut sebagian Ulama, bila sesuatu dijadikan sebagai media sumpah, menunjukkan bahwa sesuatu itu amat penting. Sehingga jika Al-Qur’an menjadi media sumpah-Nya Allah, dapat dipastikan bahwa ia teramat istimewa. Sumpah Allah dengan Al-Qur’an ini adalah untuk menegaskan kebenaran kerasulan Muhammad saw. Sehingga jika seseorang terkagum-kagum dengan I’jazul Qur’an yang mengatasi semua karya manusia, baik dari segi keindahan susunan bahasanya, isi dan kandungannya yang benar dan lain sebagainya. Menurut Al Qurthubi makna ayat yang kedua sejalan dengan ayat 1 surat Hud
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1)
“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu” (QS. 11 Hud : 1)
Lebih lengkapnya perhatikan pernyatan para mufasiir berikut:
.تفسير الجلالين - (ج 8 / ص 206) .{ والقرءان الحكيم } المحكم بعجيب النظم وبديع المعاني
{ وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ } أي: المحكم الذي لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه.
-تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 563)
{ والقرآن الحكيم } أي ذي الحكمة لأنه دليل ناطق بالحكمة وهو قسم وجوابه
-تفسير الخازن - (ج 5 / ص 242)
و{ القرآن }علَم بالغلبة على الكتاب الموحَى به إلى محمد صلى الله عليه وسلم من وقت مبعثه إلى وفاته للإِعجاز والتشريع ، وقد تقدم في قوله تعالى : { وما تتلو منه من قرآن } في سورة يونس ( 61 ) . والحكيم يجوز أن يكون بمعنى المُحْكَم بفتح الكاف ، أي المجعول ذا إحكام ، والإِحكام : الإِتقان بماهية الشيء فيما يراد منه .
- ابن عاشور- التحرير والتنوير - (ج 12 / ص 6)
{ وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ } أي: المحكم الذي لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه.
-تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 563)
{ والقرآن الحكيم } أي ذي الحكمة لأنه دليل ناطق بالحكمة وهو قسم وجوابه
-تفسير الخازن - (ج 5 / ص 242)
و{ القرآن }علَم بالغلبة على الكتاب الموحَى به إلى محمد صلى الله عليه وسلم من وقت مبعثه إلى وفاته للإِعجاز والتشريع ، وقد تقدم في قوله تعالى : { وما تتلو منه من قرآن } في سورة يونس ( 61 ) . والحكيم يجوز أن يكون بمعنى المُحْكَم بفتح الكاف ، أي المجعول ذا إحكام ، والإِحكام : الإِتقان بماهية الشيء فيما يراد منه .
- ابن عاشور- التحرير والتنوير - (ج 12 / ص 6)
Pertanyaan selanjutnya adalah siapakah manusia mulia yang membawanya tersebut dan dari mana datangnya ? Maka pada ayat ke-3, Allah menegaskan bahwa Muhammad bin Abdullah itulah yang membawanya, karena ia benar-benar seorang Rasul utusan Allah. Sedangkan pertanyaan berikutnya tentang darimana datangnya Al-Qur’an tersebut, dijawab oleh Allah dalam ayat ke-5. Perhatikan tafsir-tafsir berikut :
{ إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ } ، أقسم بالقرآن أن محمدًا صلى الله عليه وسلم من المرسلين، وهو رد على الكفار حيث قالوا: "لست مرسلا" (الرعد-43) . { عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ } ، وهو خبر بعد خبر، أي: أنه من المرسلين وأنه على صراط مستقيم. وقيل: معناه إنك لمن المرسلين الذين هم على صراط مستقيم.
تفسير البغوي / معالم التنزيل {ج 7 / ص7 }
{ إِنَّكَ لَمِنَ المرسلين } جواب للقسم ، والجملة لرد إنكار الكفرة رسالته عليه الصلاة والسلام فقد قالوا : { لَسْتَ مُرْسَلاً } [ الرعد : 43 ]. تفسير الألوسي -روح المعاني (ج 16 / ص 424)
وقوله : { على صراط مُّسْتَقِيمٍ } خبر آخر لإنّ : أي : إنك على صراط مستقيم ، والصراط المستقيم : الطريق القيم الموصل إلى المطلوب . قال الزجاج : على طريقة الأنبياء الذين تقدّموك.
-الشوكاني - فتح القدير- (ج 6 / ص 150
{ على } متعلق بما قبله { صراط مُّسْتَقِيمٍ } أي طريق الأنبياء قبلك التوحيد والهدى ، والتأكيد بالقسم وغيره ردّ لقول الكفار له { لَسْتَ مُرْسَلاً } تفسير الجلالين - (ج 8 / ص 208
{ على صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ } ثابت على دين قائم يرضاه وهو الإسلام. -تنوير المقباس - (ج 1 / ص 459)
عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ } يحتمل وجهين : أحدهما : على شريعة واضحة . الثاني : على حجة بينة .
النكت والعيون - (ج 3 / ص 435)
{ إِنَّكَ } يا محمد { لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ * عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ } أي: على منهج ودين قويم، وشرع مستقيم.
تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 563 _
تفسير البغوي / معالم التنزيل {ج 7 / ص7 }
{ إِنَّكَ لَمِنَ المرسلين } جواب للقسم ، والجملة لرد إنكار الكفرة رسالته عليه الصلاة والسلام فقد قالوا : { لَسْتَ مُرْسَلاً } [ الرعد : 43 ]. تفسير الألوسي -روح المعاني (ج 16 / ص 424)
وقوله : { على صراط مُّسْتَقِيمٍ } خبر آخر لإنّ : أي : إنك على صراط مستقيم ، والصراط المستقيم : الطريق القيم الموصل إلى المطلوب . قال الزجاج : على طريقة الأنبياء الذين تقدّموك.
-الشوكاني - فتح القدير- (ج 6 / ص 150
{ على } متعلق بما قبله { صراط مُّسْتَقِيمٍ } أي طريق الأنبياء قبلك التوحيد والهدى ، والتأكيد بالقسم وغيره ردّ لقول الكفار له { لَسْتَ مُرْسَلاً } تفسير الجلالين - (ج 8 / ص 208
{ على صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ } ثابت على دين قائم يرضاه وهو الإسلام. -تنوير المقباس - (ج 1 / ص 459)
عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ } يحتمل وجهين : أحدهما : على شريعة واضحة . الثاني : على حجة بينة .
النكت والعيون - (ج 3 / ص 435)
{ إِنَّكَ } يا محمد { لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ * عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ } أي: على منهج ودين قويم، وشرع مستقيم.
تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 563 _
Menurut Ibnu Katsir senada dengan ayat :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. 42 Asy-Syura : 52)
Menurut Hamka, dalam ayat ke-4 yang pendek ini, Allah SWT menjelaskan Khitthah (Garis perjuangan) Nabi Muhammad saw dalam perjuangan da’wahnya adalah “Membawa manusia berjalan dalam hidup ini di atas garis yang lurus”. Sesuai dengan apa dinyatakan oleh ibnu Katsir.
Lebih jelas lagi dalam HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’I, dari An-Nawas bin Sam’an ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Allah mengadakan contoh perumpamaan “Shirathol Mustaqim (suatu jalan yang lurus), sedang di kanan kiri jalan ada dinding (pagar tembok) dan dipagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan dimuka jalan ada suara berseru, “Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan janganlah berbelok. Dan diatas jalanan ada seruan. Maka bila ada orang yang akan membuka pintu diperingatkan, “Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anada membuka pasti akan masuk”. Shirat itu ialah Islam, dan pagar itu adalah Hududullah (Batas-batas Hukum Allah). Dan pintu yang terbuka ialah apa-apa yang diharamkan Allah. Sedang seruan dimuka jalan itu adalah Kitab Allah, dan seruan diatas shirath ialah nasehat dalam hati setiap muslim”.
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i
{ تَنزِيلَ العزيز } يقول القرآن تكليم العزيز بالنقمة لمن لا يؤمن به { الرحيم } لمن آمن به
- تنوير المقباس - (ج 1 / ص 459
{ تَنزيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ } أي: هذا الصراط والمنهج والدين الذي جئت به مُنزل من رب العزة، الرحيم بعباده المؤمنين، كما قال تعالى:{ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ } [الشورى:52 ، 53]. تفسير ابن كثير - (ج 7 / ص 217)
- تنوير المقباس - (ج 1 / ص 459
{ تَنزيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ } أي: هذا الصراط والمنهج والدين الذي جئت به مُنزل من رب العزة، الرحيم بعباده المؤمنين، كما قال تعالى:{ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ } [الشورى:52 ، 53]. تفسير ابن كثير - (ج 7 / ص 217)
Ayat ke-6 yang berbunyi :
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6)
“(Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai), “\Merupakan ayat yang memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk berda’wah dengan menjadi Nadzir (pemberi peringatan). Seorang Nabi dan da’I pada umumnya diperintahkan untuk menjadi Basyiran (pemberi kabar gembira) dan Nadziiran (pemberi peringatan). Dan berda’wah dengan menjadi Nadzir adalah lebih berat karena pasti akan melawan arus pemikiran, kepercayaan dan perilaku serta budaya masyarakat yang jahiliyyah, sesat dan menyimpang.
Senada dengan ayat ini, Allah berfirman :
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ (24)
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”. (QS. 35 Fathir : 24)Sementara arti kata “Qowman” (Kaum) dalam ayat diatas, ada ikhtilaf diantara para Ulama, yakni :
Menurut Qatadah dan Syeikh Hamami Zadah dalam Tafsir Surat Yasin, adalah : “Kaum Qurays”. Karena sejak zaman Nabi Ismail as. sampai masa kenabian Muhammad saw, belum ada seorang Nabi dan Rasul pun yang memberi peringatan kepada mereka (Kaum Quraisy), sehingga mereka lalai.
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, adalah : Bangsa Arab dan Kaum-kaum lain yang belum pernah bapak-bapak mereka didatangi seorang Rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa masa
antara berakhirnya Kenabian Isa as hingga kedatangan Nabi Muhammad saw, tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah kepada Kaum manapun. Sehingga masa ini dikenal sebagai Zaman Fatrah .
Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsirnya, sebagian besar Ulama Tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud kaum disini adalah : Bangsa Arab.
Menurut Al-Qurthubi, ayat yang semakna dengan ayat ini adalah :
وَمَا آَتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ (44)
“Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu (Muhammad) seorang pemberi peringatanpun”. (QS 34 Saba : 44)