Sabtu, 10 Oktober 2009

AL Qur'an Konstitusi Umat

Al Qur’an Konstitusi Umat Islam

Segala puji hanya milik Allah, yaitu Dzat yang telah membuka pintu gerbang surga untuk hamba-hamba-Nya yang berpuasa karena dorongan keimanan dan hanya berharap ridho-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, yang diutus untuk membawa dan menyebarkan rahmat ke seluruh penjuru dunia; dan shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang baik dan suci; serta siapa saja yang dengan setia mengikutinya, menempuh jalannya, mengikuti petunjuknya, menjalankan sunnahnya, dan melanjutkan dakwahnya hingga hari kiamat. Waba’du.

Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang begitu jelas dan terang. Sedang Dia adalah Dzat yang ucapan-Nya paling jujur dan paling dapat dipercaya:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (TQS. Al-Isra’ [17] : 9).

Saudara seiman: Sesungguhnya Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber legislasi dalam Islam. Sedangkan Sunnah Nabi juga merupakan dalil syara’ sama seperti Al-Qur’an. Sebab Sunah Nabi sebagai dalil syara’ memiliki landasan yang qath’iy (definitif), seperti halnya Al-Qur’an. Sementara ijma’ (konsensus) para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim dapat mengungkapkan dalil syara’—yang masih tersembunyi. Adapun qiyas (ijtihad), maka iapun dibangun bersandarkan dalil syara’. Dengan ini, maka dalil hukum syara’ dalam Islam ada empat saja, yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ Shahabat, dan Qiyas. Dan hanya inilah dalil-dalil syara’ yang mu’tabarah (diakuinya). Sehingga selain keempat dalil ini bukanlah dalil syara’.

At-Tirmidzi meriwayatkan dalam Musnadnya dari Ali karramallahu wajhah, yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kelak akan ada fitnah”. Ali berkata: “Apa yang bisa menyelamatkan dari fitnah itu, wahai Rasulallah?” Rasulullah SAW bersabda: Kitabullah (Al-Qur’an). Di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum dan sesudah kalian. Ia pemberi keputusan atas apa yang kalian perselisihkan. Al-Qur’an merupakan pemisah antara hak dan bathil, dan ia bukanlah senda gurau. Siapa saja yang meninggalkannya dengan sombong, maka ia menjadi musuh Allah. Siapa saja yang mencari petunjuk pada selain Al-Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya. Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya-Nya yang terang, peringatan yang bijak, jalan yang lurus, obat yang ampuh, menjaga siapa saja yang berpegang teguh dengannya, keselamatan bagi siapa saja yang mengikutinya, apa saja yang bengkok al-Qur’an meluruskannya, apa saja yang menyimpang, al-Qur’an akan mengembalikannya. Al-Qur’an tidak akan disesatkan oleh hawa nafsu, tidak akan tercampuri oleh bahasa-bahasa lain, tidak akan diwarnai oleh berbagai pendapat, tidak membuat kenyang para ulama, tidak membuat bosa orang-orang yang takwa, tidak usang meski banyak yang menolak, dan kehebatannya tidak pernah habis. Al-Qur’an membuat jin berhenti seketika ketika jin mendengarnya. Sehingga jin berkata: ‘Sesungguhnya kami mendengar bacaan (Al-Qur’an) yang begitu mengagumkan. Siapa saja yang mengetahuinya, maka ia mengetahui hal-hal sebelumnya; siapa saja yang berkata dengannya, maka ia benar(jujur); siapa saja yang berhukum dengannya, maka dia pasti adil; siapa saja yang mengamalkannya, maka ia mendapatkan pahala; dan siapa saja yang menyeru kepadanya, maka ia menyeru kepada jalan yang lurus.’

Rasulullah SAW juga bersabda: “Aku telah diberi Al-Qur’an dan yang sepertinya”. Sedang yang dimaksud dengan “yang sepertinya” adalah Sunnah Nabi yang disucikan. Dengan demikian, As-Sunnah merupakan referensi (dalil) hukum-hukum syariah sama seperti halnya Al-Qur’an. Dan menjalankan perintah-perintah As-Sunnah sama dengan menjalankan perintah-perintah Al-Qur’an. Sebab menaati Rasul hakekatnya adalah menaati Allah. Allah SWT berfirman:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (TQS. An-Nisa’ [4] : 80)

Oleh karena itu, wahai saudara seiman. Al-Qur’an itu tidak lain adalah konstitusi umat Islam yang abadi. Dan Sunnah Nabi ini berfungsi menjelaskan dan menerangkan Al-Qur’an al-Karim.

Dan mengingat teks-teks Al-Quran dan As-Sunnah datang dalam bahasa Arab, maka bahasa Arab merupakan bagian penting, dan tidak terpisahkan dari Islam, bahkan dakwah Islam tidak diemban melainkan dengan bahasa Arab, begitu juga tidak mungkin memahami Islam dari sumber-sumber aslinya, dan menggali berbagai hukum darinya kecuali dengan menguasai bahasa Arab.

Sungguh para generasi kita terdahulu yang shalih (salafush shalih) benar-benar memahami hal itu. Mereka tahu bahwa para musuh Islam tidak akan pernah mampu untuk melemahkan—apalagi mengalahkan dan melenyapkan—negara Islam, selama Islam masih tertanam kuat dalam diri kaum Muslim, kuat pemahamannya terhadap Islam, serta kuat dalam penerapannya. Oleh karena itu, mereka (salafush shalih) sangat antusias terhadap bahasa Arab, perhatian mereka terhadap bahasa Arab sangat besar. Mereka mengajari anak-anaknya bahasa Arab seperti mereka mengajari anak-anaknya Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan pada saat mereka mengemban dakwah Islam, maka dalam mengembannya juga fokus pada tiga hal, yaitu Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, dan bahasa Arab. Namun sekarang dimana semua itu?

Musuh-musuh Islam telah menggunakan dan menciptakan berbagai cara untuk melemahkan pemahaman umat Islam terhadap Islam, dan melemahkan penerapan mereka terhadap hukum-hukum Islam. Karenanya perhatian mereka tertuju pada bahasa Arab, sebab ia merupakan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan Islam. Sehingga mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk memisahkan bahasa Arab dari Islam. Dan untuk memuluskan tujuannya itu, maka diserahkanlah kekuasaan kepada orang yang sama sekali tidak mengenal akan nilai-nilai penting bahasa Arab. Dengan demikian, apa yang mereka inginkan berjalan dengan mulus …. Akan tetapi sampai kapan ini semua akan terus terjadi! Namun, Allah SWT berfirman:

وَيَأْبَى اللَّهُ إِلاَّ أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (TQS. At-Taubah [9] : 32)

Dan firman-Nya:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS. Yusuf [12] : 21)

“Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu di hari yang penuh berkah ini, bulan suci Ramadan yang penuh keutamaan, supaya Engkau menyiapkan untuk Al-Qur’an ini orang yang akan mengangkat dan mengibarkan bendera Islam, merealisasikan tujuan Islam, dan menerapkan syariah Islam dengan cara membuat Engkau ridho kepada kami. Dan kami memohon kepada-Mu, ya Allah agar Engkau menerima shalat, puasa, tarawih, dan amal-amal shalih lainnya. Dan kami memohon kepada-Mu, semoga Engkau memberi kesempatan mata kami untuk menyaksikan berdirnya Khilafah, serta menjadikan kami tentara-tentara Khilafah yang setia dan ikhlas. Sesungguhnya Allah SWT yang berkuasa dan mampu mewujudkan semua itu.”

Tidak ada komentar: