Jauhi Kemaksiatan!
Kembali pada Fitrah, Kembali kepada Syari’ah!
Disampaikan Oleh: M.Ihsan Azhari, S.Pd.I
Kembali pada Fitrah, Kembali kepada Syari’ah!
Disampaikan Oleh: M.Ihsan Azhari, S.Pd.I
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الله أكبر 9×
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَ لاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ. وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
\!
الله أكبر 9×
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَ لاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ. وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
\!
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Yaa Allah, Yaa Rahman, inilah hamba-hambu-Mu, datang bersimpuh di hadapan kebesaran-Mu. Inilah, yaa ‘Aziiz, makhluk-makhluk-Mu yang lemah dan tak berdaya, duduk di hadapan altar kemuliaan dan keagungan-Mu. Yaa Ghaani, inilah orang-orang fakir yang menundukkan kepala karena malu kepada-Mu, kini menengadahkan tangan-tangan kami untuk memohon belas kasih-Mu.
Yaa Allah, Yaa Rahman, yaa Rahiim. Kami semua hamba-hamba Mu yang lemah, datang memohon rahmat Mu. Sekalipun dengan tertatih-tatih, kami berupaya mendekatkan diri kepada-Mu, berharap kasih sayang-Mu. Setiap malam kami berusaha membaca al-Quran untuk memahami petunjuk-Mu. Setiap saat kami menyeru asma Agung-Mu. Semua itu, yaa Rahman, tak lain hanyalah untuk menggapai ridla Mu.
Hadirin yang dimuliakan Allah. Di bulan Ramadhan, kita semua merasa sangat berbahagia, tak terasa berlinang air mata, mengingat akan kealpaan, dosa, kelalaian, dan kemaksiatan diri. Inilah bulan tempat kita berkaca dan memperbaiki diri. Inilah Bulan penuh ampunan. Ampunan atas seluruh dosa kita sebelumnya, sehingga kita bagaikan manusia yang terlahir kembali.
Subhanallah. Allahu Akbar.
Ada getar keharuan dalam hati kita. Ramadhan yang penuh berkah, berlimpah rahmat, dan ampunan Allah, telah meninggalkan kita. Akankah kita bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Wallahu a’lam. Kita tidak tahu.
Tapi ada pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita. Apa yang kita dapatkan melalui puasa kita sepanjang bulan Ramadhan kemarin? Benarkah kita menjadi makin bertakwa? Bila benar, mengapa semua itu tidak berkorelasi dengan upaya perbaikan kondisi masyarakat dan umat di sekitar kita? Kemiskinan tetap merajalela, korupsi makin menggila, penindasan tak kunjung reda, kerusakan moral, pornografi dan pornografi serta beragam bentuk kriminalitas makin tak terkira. Lihatlah apa yang terjadi di sekeliling kita. Hidup semakin terasa berat. Beban ekonomi dan sosial seolah tak tertahankan. Sementara, segelintir orang bergelimang dalam kemewahan. Dengarlah pula jerit tangis saudara-saudara kita seiman di Palestina, ingatlah wahai saudaraku! Pada minggu-minggu ramadhan kemarin, akibat Blokade gaza yang dilakukan yahudi Israel, 351 kaum muslimin syahid, diantaranya seorang balita satu tahun setengah, bernama Minatullah Ali Balbisi yang sedang menderita sakit parah karena menderita lubang dijantungnya, ia meninggal karena pihak israel melarangnya pergi keluar negeri untuk berobat.Ingatlah pula wahai saudaraku! Beberapa saat yang lalu ratusan kaum muslimin di Thailan dan Turkistan Timur ditembaki, sebagaimana terjadi pula 700 kaum muslimin di nigeria ditembaki dimesjid-mesjid mereka oleh rezim sekuler yang benci Islam. Belum lagi penangkapan ratusan aktifis Islam di Turki dan Arab Saudi karena tuduhan terorisme. Serta banyak lagi kasus-kasus serupa di belahan negeri muslim termasuk Indonesia.
Saudaraku! Mereka melewati bulan Ramadhan di tengah ancaman senjata. Para Thagut AS dan sekutu-sekutunya serta kaum zionis tanpa henti terus menumpahkan darah, melecehkan kehormatan dan merampas kekayaan kaum muslimin. Sampai kapan semua ini akan berakhir?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Inilah sekilas wajah umat Islam saat ini. Umat yang disebut Allah sebagai khayra ummah, kini menjadi pecundang bukan pemenang, terpuruk di segala bidang. Mengapa semua ini terjadi? Jika kita meneliti dengan cermat, sesungguhnya penyebab utama dari keterpurukan umat Islam adalah pada fakta, bahwa umat Islam tidak lagi bersatu dalam satu kepemimpinan seorang Khalifah, dan kehidupan umat tidak diatur dengan aturan Islam tapi dengan sistem Kapitalisme Sekular. Aturan Allah SWT diabaikan. Padahal Allah SWT berfirman:
Yaa Allah, Yaa Rahman, inilah hamba-hambu-Mu, datang bersimpuh di hadapan kebesaran-Mu. Inilah, yaa ‘Aziiz, makhluk-makhluk-Mu yang lemah dan tak berdaya, duduk di hadapan altar kemuliaan dan keagungan-Mu. Yaa Ghaani, inilah orang-orang fakir yang menundukkan kepala karena malu kepada-Mu, kini menengadahkan tangan-tangan kami untuk memohon belas kasih-Mu.
Yaa Allah, Yaa Rahman, yaa Rahiim. Kami semua hamba-hamba Mu yang lemah, datang memohon rahmat Mu. Sekalipun dengan tertatih-tatih, kami berupaya mendekatkan diri kepada-Mu, berharap kasih sayang-Mu. Setiap malam kami berusaha membaca al-Quran untuk memahami petunjuk-Mu. Setiap saat kami menyeru asma Agung-Mu. Semua itu, yaa Rahman, tak lain hanyalah untuk menggapai ridla Mu.
Hadirin yang dimuliakan Allah. Di bulan Ramadhan, kita semua merasa sangat berbahagia, tak terasa berlinang air mata, mengingat akan kealpaan, dosa, kelalaian, dan kemaksiatan diri. Inilah bulan tempat kita berkaca dan memperbaiki diri. Inilah Bulan penuh ampunan. Ampunan atas seluruh dosa kita sebelumnya, sehingga kita bagaikan manusia yang terlahir kembali.
Subhanallah. Allahu Akbar.
Ada getar keharuan dalam hati kita. Ramadhan yang penuh berkah, berlimpah rahmat, dan ampunan Allah, telah meninggalkan kita. Akankah kita bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Wallahu a’lam. Kita tidak tahu.
Tapi ada pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita. Apa yang kita dapatkan melalui puasa kita sepanjang bulan Ramadhan kemarin? Benarkah kita menjadi makin bertakwa? Bila benar, mengapa semua itu tidak berkorelasi dengan upaya perbaikan kondisi masyarakat dan umat di sekitar kita? Kemiskinan tetap merajalela, korupsi makin menggila, penindasan tak kunjung reda, kerusakan moral, pornografi dan pornografi serta beragam bentuk kriminalitas makin tak terkira. Lihatlah apa yang terjadi di sekeliling kita. Hidup semakin terasa berat. Beban ekonomi dan sosial seolah tak tertahankan. Sementara, segelintir orang bergelimang dalam kemewahan. Dengarlah pula jerit tangis saudara-saudara kita seiman di Palestina, ingatlah wahai saudaraku! Pada minggu-minggu ramadhan kemarin, akibat Blokade gaza yang dilakukan yahudi Israel, 351 kaum muslimin syahid, diantaranya seorang balita satu tahun setengah, bernama Minatullah Ali Balbisi yang sedang menderita sakit parah karena menderita lubang dijantungnya, ia meninggal karena pihak israel melarangnya pergi keluar negeri untuk berobat.Ingatlah pula wahai saudaraku! Beberapa saat yang lalu ratusan kaum muslimin di Thailan dan Turkistan Timur ditembaki, sebagaimana terjadi pula 700 kaum muslimin di nigeria ditembaki dimesjid-mesjid mereka oleh rezim sekuler yang benci Islam. Belum lagi penangkapan ratusan aktifis Islam di Turki dan Arab Saudi karena tuduhan terorisme. Serta banyak lagi kasus-kasus serupa di belahan negeri muslim termasuk Indonesia.
Saudaraku! Mereka melewati bulan Ramadhan di tengah ancaman senjata. Para Thagut AS dan sekutu-sekutunya serta kaum zionis tanpa henti terus menumpahkan darah, melecehkan kehormatan dan merampas kekayaan kaum muslimin. Sampai kapan semua ini akan berakhir?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Inilah sekilas wajah umat Islam saat ini. Umat yang disebut Allah sebagai khayra ummah, kini menjadi pecundang bukan pemenang, terpuruk di segala bidang. Mengapa semua ini terjadi? Jika kita meneliti dengan cermat, sesungguhnya penyebab utama dari keterpurukan umat Islam adalah pada fakta, bahwa umat Islam tidak lagi bersatu dalam satu kepemimpinan seorang Khalifah, dan kehidupan umat tidak diatur dengan aturan Islam tapi dengan sistem Kapitalisme Sekular. Aturan Allah SWT diabaikan. Padahal Allah SWT berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (TQS. Thaha[20]:124)
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kini, Isu terorisme juga telah menjadi senjata ampuh bagi negara-negara imperialis Barat, yang dipimpin oleh AS beserta sekutunya, seperti Australia, untuk menguasai dan mencengkram negeri-negeri Islam. Bahkan, kini AS dan sekutunya kembali menjadikan perang melawan terorisme sebagai kedok untuk memerangi Islam, dengan memerangi syariah dan Khilafah. Karena mereka sadar, bahwa kembalinya syariah dan Khilafah yang kedua di muka bumi ini tidak bisa dibendung lagi. Maka, secara lebih spesifik, isu itu digunakan untuk menggiring opini publik dunia pada suatu perang global terhadap kaum Muslim yang memperjuangkan kembalinya supremasi Islam, bukan saja sebagai agama ritual, tetapi juga ajaran politik yang agung. Mereka paham, bahwa perjuangan penegakan syari’ah secara nyata telah mengancam hegemoni sistem Kapitalisme yang menjajah dunia, khususnya dunia Islam, saat ini.
Ketika terjadi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, pada Jum’at 17 Juli lalu, seperti biasa pihak pers barat, diantaranya situs The Australian, langsung melemparkan tuduhan bahwa peledakan bom itu dilakukan oleh Jamaah Islamiyah (JI). Padahal terdapat ribuan kemungkinan tentang siapa yang berperan sebagai otak pelakunya. Misalnya, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan masyarakat dan negeri ini demi kepentingan politik mereka. Atau bisa saja peristiwa itu didesain oleh jaringan intelijen internasional untuk mendiskreditkan kaum Muslim dengan cara melakukan rekayasa sistematis serta provokasi untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.
Karena Islam dengan tegas melarang siapapun, dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum, apalagi jika tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas. Dalam peperangan saja, banyak nash yang melarang kaum Muslim membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua. Islam juga melarang membunuh warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan. Ibn Umar menuturkan, Nabi Saw pernah bersabda:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Renungilah!Memang benar, saat ini kaum Muslim masih shalat dengan menggunakan aturan Islam, mengerjakan puasa dengan aturan Islam, beribadah haji dengan aturan Islam, menikah dengan aturan Islam, mengurus jenazah dengan aturan Islam; tetapi, dalam urusan pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pidana mereka mencampakkan Islam. Sikap seperti ini jelas menggambarkan sikap menerima sebagian Islam dan menolak sebagian yang lain. Padahal Allah SWT telah memperingatkan kita terhadap perbuatan tersebut. Allah berfirman:
Sikap mengambil sebagian dari Islam dan mencampakkan sebagian yang lain, juga merupakan sikap yang bertentangan dengan fitrah manusia. Sebab fitrah manusia itu membutuhkan Dzat yang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT; karena manusia memang makhluk yang lemah dan terbatas. Membutuhkan kepada sesuatu Yang Maha Kuasa, berarti juga membutuhkan hukum dan aturan-aturan yang berasal dari-Nya. Jadi, ketika manusia mencampakkan aturan-aturan Allah, maka dia telah menyimpang dari fitrahnya, dan inilah yang menjadi sumber bencana baginya.
Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Karena itu, Jika dengan menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kaum Muslim ingin kembali pada fitrahnya, maka semestinya kembali kepada fitrah ini juga harus dipahami dengan kembali kepada hukum dan aturan-aturan Allah dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan kata lain, kembali kepada fitrah adalah kembali kepada syariah Allah, yaitu syariah Islam, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Inilah fitrah manusia yang seutuhnya, dan inilah kunci kemenangan umat Islam.
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Selanjutnya, pahamilah! Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya hanya di bulan Ramadhan saja, setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surah An Nahl 92, Allah berfirman:
Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali. Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata. Karena itu Nabi saw. selalu mengingatkan agar kita selalu istiqaamah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab:
Dalam hadist lain Nabi saw. juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya:
Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam: siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang Allah ceritakan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali.
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Dari amalan Ramadhan setidaknya ada 5 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sebagai modal yang dengannya kelak akan lahir masyarakat yang bersih sesuai tuntunan Syari’ah:
Pertama, (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram) Jauhi Harta Haram . Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan untuk mengambil yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masayarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah kerena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:
Dalam ayat ini Allah befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu Allah menampakkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya itu tidak akan pernah sama dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa? Sebab yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan terhantar ke level taqwa.Hal inilah yang harusnya mendorong kita membersihkan pribadi kita dari riba serta penuh keyakinan mengingtkan penguasa negeri ini agar meninggalkan harta haram yang diperoleh dari riba untuk membangun negeri ini.Ingatlah Firman Allah :
Kedua, (Al isti’la’ ‘alal hawa) Kendalikan Nafsu dari maksiat. Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang memang tidak punya akal, manusia adalah makhluk yang harus mengatur gejolak nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya adalah masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, seperti babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal. Mereka seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Allah berfirman:
Dalam surah An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya. Simaklah Allah berfirman:
Saat ini karena kubangan paham Sekulerisme (fasluddin ‘anil hayat), hedonisme masyarakat terjebak dalam penjara nafsu, maka diantara aktifitas penting untuk memerangi nafsu adalah menyadarkan umat tentang busuknya sekulerisme agar mereka meninggalkannya.
Ketiga, (As saithoroh ‘alasy syaithon) Tundukkan Syetan. Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya – terutama pada sepuluh malam terakhir – sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca Al Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan, serta masih masih menggunakan system-sistem syetan.
Masyarakat yang ikut syetan tidak akan pernah kuat. Ia akan terus dipermainkan dan dijadikan bola pingpong oleh syetan, karena tidak ada syetan yang baik. Ia terus akan dibuat dalam kondisi tidak pernah stabil, karena syetan tidak suka masyarakat yang stabil. Ingatlah Firman Allah :
Masihkah kita akan ikut syetan? Masihkah kita akan terpesona dengan gaya hidup syetan? Masihkah kita akan mecintai para pengikut syetan? Dan Menggunakan Sistem Syetan Kapitalisme Sekuler dan sistem demokrasinya?
Keempat, (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi Ta’ala) Bersungguh-sungguh ikut apa kata Allah. Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh sepenuh hati kepada Allah swt. Bila Allah perintahkan puasa, kita langsung puasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan. Itu menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak ikut apa kata Allah. Sebab Dialah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka. Karena Dialah yang memiliki langit dan bumi. Dialah pula Raja di Hari Pembalasan (maaliki yawmiddin).
Silahkan cari alasan untuk tidak ikut Allah, anda pasti akan menemukan jalan buntu. Allah berfirman:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Dalam sejarah banyak contoh kaum terdahulu yang sombong, tidak mau ikut Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu Allah hancurkan. Allah tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya. Pun Allah tidak pernah takut akibat apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka. Perhatikan apa yang telah Allah timpakan kaum Aad, Tsamuud, Fir’aun, Nuh dan sebagianya. Allah berfirman dalam surah Al Haaqah ayat 4-12 yang artinya :
”Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa, Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang), kamu ke dalam bahtera, agar kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.”
Dalam surah Al Fajr: 6-13, lagi-lagi Allah menceritakan kaum-kaum yang pernah Allah adzab tersebut, suatu indikasi bahwa tidak ada jalan bagi satu masyarakat menuju sukses kecuali bersungguh-sungguh ikut apa kata Allah. Bahwa tidak mungkin selamat satu masyarakat yang jauh dari Allah swt.
Kelima, (Al hijratu minadz dzunub) Tinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Sia-sia artinya tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masrakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya sebagai berikut:
1. Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati. Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
2. Dosa menghilangkan ruh cemburu. Maka ia tidak akan sensitive bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela. Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah adzab dari Allah swt. Allah berfirman:
3. Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu. Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa.
4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan). Artinya tidak mungkin para pendosa itu berbuat ihsan. Dengan kata lain: kepada Allah saja mereka berani, apalagi kepada manusia.
5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana. Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazdzabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Allah SWT berfirman:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آَخَرِينَ (6)
"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain."(QS.Al An’am: 6)
Selanjutnya, marilah kita tundukkan kepala kita dengan segala kerendahan hati, sambil menengadahkan tangan kita, untuk memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Mahakuasa, dan Mahaperkasa:
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kini, Isu terorisme juga telah menjadi senjata ampuh bagi negara-negara imperialis Barat, yang dipimpin oleh AS beserta sekutunya, seperti Australia, untuk menguasai dan mencengkram negeri-negeri Islam. Bahkan, kini AS dan sekutunya kembali menjadikan perang melawan terorisme sebagai kedok untuk memerangi Islam, dengan memerangi syariah dan Khilafah. Karena mereka sadar, bahwa kembalinya syariah dan Khilafah yang kedua di muka bumi ini tidak bisa dibendung lagi. Maka, secara lebih spesifik, isu itu digunakan untuk menggiring opini publik dunia pada suatu perang global terhadap kaum Muslim yang memperjuangkan kembalinya supremasi Islam, bukan saja sebagai agama ritual, tetapi juga ajaran politik yang agung. Mereka paham, bahwa perjuangan penegakan syari’ah secara nyata telah mengancam hegemoni sistem Kapitalisme yang menjajah dunia, khususnya dunia Islam, saat ini.
Ketika terjadi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, pada Jum’at 17 Juli lalu, seperti biasa pihak pers barat, diantaranya situs The Australian, langsung melemparkan tuduhan bahwa peledakan bom itu dilakukan oleh Jamaah Islamiyah (JI). Padahal terdapat ribuan kemungkinan tentang siapa yang berperan sebagai otak pelakunya. Misalnya, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan masyarakat dan negeri ini demi kepentingan politik mereka. Atau bisa saja peristiwa itu didesain oleh jaringan intelijen internasional untuk mendiskreditkan kaum Muslim dengan cara melakukan rekayasa sistematis serta provokasi untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.
Karena Islam dengan tegas melarang siapapun, dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum, apalagi jika tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas. Dalam peperangan saja, banyak nash yang melarang kaum Muslim membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua. Islam juga melarang membunuh warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan. Ibn Umar menuturkan, Nabi Saw pernah bersabda:
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
“Rasulullah Saw. melarang tindakan membunuh wanita dan anak-anak. “(HR. Bukhari).Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Renungilah!Memang benar, saat ini kaum Muslim masih shalat dengan menggunakan aturan Islam, mengerjakan puasa dengan aturan Islam, beribadah haji dengan aturan Islam, menikah dengan aturan Islam, mengurus jenazah dengan aturan Islam; tetapi, dalam urusan pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pidana mereka mencampakkan Islam. Sikap seperti ini jelas menggambarkan sikap menerima sebagian Islam dan menolak sebagian yang lain. Padahal Allah SWT telah memperingatkan kita terhadap perbuatan tersebut. Allah berfirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ [
َ"Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (TQS. Al-Baqarah [2]: 85)Sikap mengambil sebagian dari Islam dan mencampakkan sebagian yang lain, juga merupakan sikap yang bertentangan dengan fitrah manusia. Sebab fitrah manusia itu membutuhkan Dzat yang Maha Kuasa, yaitu Allah SWT; karena manusia memang makhluk yang lemah dan terbatas. Membutuhkan kepada sesuatu Yang Maha Kuasa, berarti juga membutuhkan hukum dan aturan-aturan yang berasal dari-Nya. Jadi, ketika manusia mencampakkan aturan-aturan Allah, maka dia telah menyimpang dari fitrahnya, dan inilah yang menjadi sumber bencana baginya.
Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Karena itu, Jika dengan menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kaum Muslim ingin kembali pada fitrahnya, maka semestinya kembali kepada fitrah ini juga harus dipahami dengan kembali kepada hukum dan aturan-aturan Allah dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan kata lain, kembali kepada fitrah adalah kembali kepada syariah Allah, yaitu syariah Islam, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Inilah fitrah manusia yang seutuhnya, dan inilah kunci kemenangan umat Islam.
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Selanjutnya, pahamilah! Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya hanya di bulan Ramadhan saja, setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surah An Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali. Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata. Karena itu Nabi saw. selalu mengingatkan agar kita selalu istiqaamah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab:
قل ا منت بالله ثم استقم
"qul aamantu billahi tsummastaqim" (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).Dalam hadist lain Nabi saw. juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya:
لا تكن مثل فلان كان يقوم اليل ثم ترك
”laa takun mitsla fulaan, kaana yaquumullaili tsumma taraka” (jangalah kamu menjadi seperti fulan, tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya).Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam: siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang Allah ceritakan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali.
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Dari amalan Ramadhan setidaknya ada 5 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sebagai modal yang dengannya kelak akan lahir masyarakat yang bersih sesuai tuntunan Syari’ah:
Pertama, (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram) Jauhi Harta Haram . Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan untuk mengambil yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masayarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah kerena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (100)
“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)Dalam ayat ini Allah befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu Allah menampakkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya itu tidak akan pernah sama dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa? Sebab yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan terhantar ke level taqwa.Hal inilah yang harusnya mendorong kita membersihkan pribadi kita dari riba serta penuh keyakinan mengingtkan penguasa negeri ini agar meninggalkan harta haram yang diperoleh dari riba untuk membangun negeri ini.Ingatlah Firman Allah :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf: 96)Kedua, (Al isti’la’ ‘alal hawa) Kendalikan Nafsu dari maksiat. Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang memang tidak punya akal, manusia adalah makhluk yang harus mengatur gejolak nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya adalah masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, seperti babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal. Mereka seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179))
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf: 179)Dalam surah An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya. Simaklah Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)”. (QS. An Nazi’at: 40-41)Saat ini karena kubangan paham Sekulerisme (fasluddin ‘anil hayat), hedonisme masyarakat terjebak dalam penjara nafsu, maka diantara aktifitas penting untuk memerangi nafsu adalah menyadarkan umat tentang busuknya sekulerisme agar mereka meninggalkannya.
Ketiga, (As saithoroh ‘alasy syaithon) Tundukkan Syetan. Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya – terutama pada sepuluh malam terakhir – sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca Al Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan, serta masih masih menggunakan system-sistem syetan.
Masyarakat yang ikut syetan tidak akan pernah kuat. Ia akan terus dipermainkan dan dijadikan bola pingpong oleh syetan, karena tidak ada syetan yang baik. Ia terus akan dibuat dalam kondisi tidak pernah stabil, karena syetan tidak suka masyarakat yang stabil. Ingatlah Firman Allah :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (6)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.(QS.Faatir: 6)Masihkah kita akan ikut syetan? Masihkah kita akan terpesona dengan gaya hidup syetan? Masihkah kita akan mecintai para pengikut syetan? Dan Menggunakan Sistem Syetan Kapitalisme Sekuler dan sistem demokrasinya?
Keempat, (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi Ta’ala) Bersungguh-sungguh ikut apa kata Allah. Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh sepenuh hati kepada Allah swt. Bila Allah perintahkan puasa, kita langsung puasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan. Itu menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak ikut apa kata Allah. Sebab Dialah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka. Karena Dialah yang memiliki langit dan bumi. Dialah pula Raja di Hari Pembalasan (maaliki yawmiddin).
Silahkan cari alasan untuk tidak ikut Allah, anda pasti akan menemukan jalan buntu. Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا (36)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Dalam sejarah banyak contoh kaum terdahulu yang sombong, tidak mau ikut Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu Allah hancurkan. Allah tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya. Pun Allah tidak pernah takut akibat apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka. Perhatikan apa yang telah Allah timpakan kaum Aad, Tsamuud, Fir’aun, Nuh dan sebagianya. Allah berfirman dalam surah Al Haaqah ayat 4-12 yang artinya :
”Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa, Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang), kamu ke dalam bahtera, agar kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.”
Dalam surah Al Fajr: 6-13, lagi-lagi Allah menceritakan kaum-kaum yang pernah Allah adzab tersebut, suatu indikasi bahwa tidak ada jalan bagi satu masyarakat menuju sukses kecuali bersungguh-sungguh ikut apa kata Allah. Bahwa tidak mungkin selamat satu masyarakat yang jauh dari Allah swt.
Kelima, (Al hijratu minadz dzunub) Tinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Sia-sia artinya tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masrakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya sebagai berikut:
1. Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati. Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (74)
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”(QS.Al Baqarah:74).2. Dosa menghilangkan ruh cemburu. Maka ia tidak akan sensitive bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela. Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah adzab dari Allah swt. Allah berfirman:
الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ (11) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (12) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13)
“yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.” (QS.Al Fajr : 11-13)3. Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu. Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa.
4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan). Artinya tidak mungkin para pendosa itu berbuat ihsan. Dengan kata lain: kepada Allah saja mereka berani, apalagi kepada manusia.
5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana. Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazdzabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Allah SWT berfirman:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آَخَرِينَ (6)
"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain."(QS.Al An’am: 6)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ،، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah IIلا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد ، الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا،من يهد الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله،. اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. وبعد، فيا أيها المسلمون، أصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته في كل وقت لعلكم تفلحون. قال تعالى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Selanjutnya, marilah kita tundukkan kepala kita dengan segala kerendahan hati, sambil menengadahkan tangan kita, untuk memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Mahakuasa, dan Mahaperkasa:
اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِاْلإيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنِّعَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَناَ سُوْأً فَاَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ فِي تَدْبِيْرِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضِمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ اَبْصَارِنَا وَذِهَابَ أَحْزَانِنَا وَجَلأََ هُمُوْمِنَا، اَللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا وَذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ أَطْرَافَ النَّهَارِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ يَحِلُّوْنَ حَلاَلَهُ وَيُحَرِّمُوْنَ حَرَامَهُ وَيَتْلُوْنَ حَقَّ تِلاَوَتِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا لَنَا فِي حَيَاتِنَا وَمُؤْنِسًا لَنَا فِي قُبُوْرِنَا وَحُجَجًا لَنَا مِنَ النَّارِ وَقَائِدًا لَنَا اِلَى الْجَنَّةِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ لإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا، اَللَّهُمَّ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِاْلإيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنِّعَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَناَ سُوْأً فَاَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ فِي تَدْبِيْرِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضِمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ اَبْصَارِنَا وَذِهَابَ أَحْزَانِنَا وَجَلأََ هُمُوْمِنَا، اَللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا وَذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ أَطْرَافَ النَّهَارِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ يَحِلُّوْنَ حَلاَلَهُ وَيُحَرِّمُوْنَ حَرَامَهُ وَيَتْلُوْنَ حَقَّ تِلاَوَتِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا لَنَا فِي حَيَاتِنَا وَمُؤْنِسًا لَنَا فِي قُبُوْرِنَا وَحُجَجًا لَنَا مِنَ النَّارِ وَقَائِدًا لَنَا اِلَى الْجَنَّةِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ لإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا، اَللَّهُمَّ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar